Pernahkah kamu mendengar orang tua atau kakek nenekmu menyebut nama-nama bulan yang asing di telinga? Atau mungkin kamu pernah melihat kalender dengan nama-nama bulan yang berbeda dari kalender Masehi? Nah, itu adalah kalender Jawa, sebuah sistem penanggalan yang masih digunakan oleh masyarakat Jawa hingga kini.
Sebenarnya, kalender Jawa bukan hanya sekadar alat untuk menghitung waktu, lho. Kalender ini juga sarat akan nilai-nilai filosofis, budaya, dan tradisi leluhur. Di artikel ini, kita akan menjelajahi urutan bulan Jawa, nama-nama bulan Jawa, serta berbagai aspek menarik lainnya dari kalender Jawa. Siap untuk menyelami kearifan lokal yang kaya ini?
Apa Itu Kalender Jawa?
Kalender Jawa adalah sistem penanggalan yang digunakan oleh masyarakat Jawa sejak zaman dahulu. Kalender ini memadukan sistem penanggalan Islam (Hijriah) dan Hindu (Saka), sehingga memiliki keunikan tersendiri.
Salah satu ciri khas kalender Jawa adalah penggunaan siklus mingguan yang terdiri dari 5 hari (Pasaran) dan siklus tahunan yang terdiri dari 12 bulan (Mangsa). Setiap bulan dalam kalender Jawa memiliki nama dan makna yang berbeda-beda, mencerminkan kondisi alam dan kepercayaan masyarakat Jawa pada saat itu.
Urutan Bulan Jawa: Memahami Siklus Waktu dalam Penanggalan Jawa
Urutan bulan Jawa dimulai dari bulan Sura dan diakhiri dengan bulan Besar. Setiap bulan memiliki jumlah hari yang berbeda-beda, yaitu 29 atau 30 hari. Berikut adalah urutan bulan Jawa beserta artinya:
- Sura (Muharram): Bulan yang dianggap sakral dan penuh mistis. Pada bulan ini, masyarakat Jawa melakukan berbagai ritual dan tradisi untuk menghormati leluhur dan memohon keselamatan.
- Sapar (Safar): Bulan yang dianggap kurang baik untuk memulai kegiatan penting. Namun, bulan ini juga menjadi waktu untuk introspeksi dan memperbaiki diri.
- Mulud (Rabiul Awal): Bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang dirayakan dengan berbagai kegiatan keagamaan.
- Bakda Mulud (Rabiul Akhir): Bulan yang dianggap baik untuk memulai usaha dan kegiatan baru.
- Jumadil Awal: Bulan yang dianggap baik untuk bertani dan bercocok tanam.
- Jumadil Akhir: Bulan yang dianggap kurang baik untuk bepergian jauh.
- Rejeb (Rajab): Bulan yang dianggap suci dan penuh berkah. Pada bulan ini, masyarakat Jawa melakukan berbagai ritual dan doa untuk memohon keselamatan dan keberkahan.
- Ruwah (Sya’ban): Bulan untuk membersihkan diri dan mempersiapkan diri menyambut bulan Ramadhan.
- Pasa (Ramadhan): Bulan puasa bagi umat Islam.
- Sawal (Syawal): Bulan untuk merayakan Idul Fitri.
- Sela (Dzulqa’dah): Bulan yang dianggap baik untuk melakukan kegiatan sosial dan membantu sesama.
- Besar (Dzulhijjah): Bulan untuk melaksanakan ibadah haji bagi umat Islam yang mampu.
Weton Jawa: Menyingkap Rahasia Hari Lahir
Selain urutan bulan Jawa, masyarakat Jawa juga mengenal sistem weton. Weton adalah kombinasi antara hari dalam siklus mingguan (Pasaran) dan hari dalam siklus tahunan (Mangsa). Setiap weton memiliki karakteristik dan peruntungan yang berbeda-beda.
Weton sering digunakan untuk meramal nasib, menentukan hari baik untuk acara penting, atau mencari kecocokan jodoh. Meskipun tidak semua orang percaya pada ramalan weton, namun sistem ini tetap menjadi bagian penting dari budaya Jawa.
Primbon Jawa: Kitab Kearifan Lokal
Primbon Jawa adalah kitab yang berisi kumpulan ramalan, petuah, dan pengetahuan tentang berbagai aspek kehidupan, termasuk weton, hari baik, dan makna mimpi. Primbon Jawa sering dijadikan acuan oleh masyarakat Jawa dalam mengambil keputusan penting dalam hidup mereka.
Tahun Baru Jawa: Perayaan 1 Suro
Tahun baru Jawa jatuh pada tanggal 1 Sura. Perayaan ini biasanya dirayakan dengan berbagai ritual dan tradisi, seperti kirab pusaka, selamatan, dan pertunjukan wayang kulit.
1 Suro juga menjadi momen untuk introspeksi dan merenungkan perjalanan hidup selama setahun terakhir. Masyarakat Jawa percaya bahwa 1 Suro adalah waktu yang tepat untuk memulai lembaran baru dan memperbaiki diri.
Kesimpulan
Urutan bulan Jawa dan kalender Jawa adalah bagian penting dari budaya dan tradisi masyarakat Jawa. Kalender ini bukan hanya sekadar alat untuk menghitung waktu, tetapi juga mengandung nilai-nilai filosofis, kepercayaan, dan kearifan lokal yang kaya.
Dengan memahami urutan bulan Jawa dan sistem weton, kita bisa lebih menghargai dan melestarikan warisan budaya leluhur. Semoga artikel ini bisa memberikan wawasan baru dan memperkaya pengetahuan kita tentang kalender Jawa.